Sabtu, 07 Mei 2011

KEUTAMAAN ORANG KAYA YANG BERSYUKUR

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata: جاء الفقراء إلى
النبي فقالوا: يا رسول الله، ذهب أهل الدثور من الأموال بالدرجارت العلا
والنعيم المقيم، يصلون كما نصلي، ويصومون كما نصوم، ولهم فضل من
أمواليحجون بها ويعتمرون ويجاهدون ويتصدقون، وليست لنا أموال…وفي رواية
مسلم: فقال رسول الله في آخر الحديث: "ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء" (متفق
عليه). " Orang-orang miskin (dari para sahabat Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam ) pernah datang menemui beliau shallallahu 'alaihi
wa sallam , lalu mereka berkata: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam , orang-orang (kaya) yang memiliki harta yang berlimpah bisa
mendapatkan kedudukan yang tinggi (di sisi Allah Ta'ala ) dan
kenikmatan yang abadi (di surga), karena mereka melaksanakan shalat
seperti kami melaksanakan shalat dan mereka juga berpuasa seperti kami
berpuasa, tapi mereka memiliki kelebihan harta yang mereka gunakan
untuk menunaikan ibadah haji, umrah, jihad dan sedekah, sedangkan kami
tidak memiliki harta… ". Dalam riwayat Imam Muslim, di akhir hadits
ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Itu adalah
kerunia (dari) Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya " 1 . — Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya
keutamaan orang kaya yang memanfaatkan kekayaannya untuk meraih takwa
kepada Allah Ta'ala , dengan menginfakkan hartanya di jalan yang
diridhai-Nya. Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani berkata, "Dalam hadits ini
(terdapat dalil yang menunjukkan) lebih utamanya orang kaya yang
menunaikan hak-hak (Allah Ta'ala ) pada (harta) kekayaannya
dibandingkan orang miskin, karena berinfak di jalan Allah (seperti
yang disebutkan dalam hadits di atas) hanya bisa dilakukan oleh orang
kaya" 2 . Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini: -
Mensyukuri nikmat harta yang Allah Ta'ala berikan kepada kita adalah
dengan mengakui dan meyakini dalam hati bahwa nikmat tersebut dari
Allah Ta'ala semata, menyebut-nyebut dan menampakkan nikmat tersebut
secara lahir, serta menggunakannya di jalan yang diridhai-Nya 3 . -
Allah Ta'ala memuji orang-orang yang memiliki harta tapi tidak membuat
mereka lalai darimengingat Allah Ta'ala dan beribadah kepada-Nya,
dalam firman-Nya, {رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ
ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ
يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ} " L aki-laki yang
tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingat Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka
takutpada hari (pembalasan) yang (pada saat itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang " (QS an-Nuur:37). Imam Ibnu Katsir berkata, "Mereka
adalah orang-orang yang tidak disibukkan/dilalaikanoleh harta benda
dan perhiasan dunia, serta kesenangan berjual-beli (berbisnis) dan
meraih keuntungan (besar) dari mengingat (beribadah) kepada Rabb
mereka (Allah Ta'ala ) Yang Maha Menciptakan dan Melimpahkan rezki
kepada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang mengetahui
(meyakini) bahwa (balasan kebaikan) di sisi Allah Ta'ala adalah lebih
baik dan lebih utama daripada harta benda yang ada di tangan mereka,
karena apa yang ada di tangan mereka akan habis/musnah sedangkan
balasan di sisi Allah adalah kekal abadi" 4 . - Imam al-Qurthubi
berkata, "Dianjurkan bagi seorang pedagang (pengusaha) untuk tidak
disibukkan/dilalaikan dengan perniagaan (usaha)nya dari menunaikan
kewajiban-kewajibannya, maka ketika tiba waktu shalat fardhu hendaknya
dia (segera) meninggalkan perniagaannya (untuk menunaikan shalat),
agar dia termasuk ke dalam golongan orang-orang (yang dipuji Allah
Ta'ala ) dalam ayat (di atas) ini" 5 . - Imam Ibnu Muflih al-Maqdisi
berkata, "Dunia (harta) tidaklah dilarang (dicela) pada zatnya, tapi
karena (dikhawatirkan) harta itu menghalangi (manusia)untuk mencapai
(ridha) Allah Ta'ala , sebagaimana kemiskinan tidaklah dituntut
(dipuji) pada zatnya, tapi karena kemiskinan itu (umumnya) tidak
menghalangi dan menyibukkan (manusia) dari (beribadah kepada) Allah.
Barapa banyak orang kaya yang kekayaannya tidak menyibukkannya dari
(beribadah kepada) Allah Ta'ala , seperti Nabi Sulaiman ' alaihis
salam , demikian pula (sahabat Nabi Ta'ala ) 'Utsman (bin 'Affan)
radhiyallahu 'anhu dan 'Abdur Rahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu . Dan
berapa banyak orang miskin yang kemiskinannya (justru) melalaikannya
dari beribadah kepada Allah dan memalingkannya dari kecintaan serta
kedekatan kepada-Nya…" 6 . - Penting untuk diingatkan di sini bahwa
mencintai harta dan kedudukan dunia secara berlebihan merupakan fitnah
yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam jurang kebinasaan,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, « إِنَّ
لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ » "
Sesungguhnya pada setiap umat (kaum) ada fitnah (yang
merusak/menyesatkan mereka) dan fitnah (pada) umatku adalah harta ".
Maksudnya: menyibukkan diri dengan harta secara berlebihan adalah
fitnah (yang merusak agama seseorang) karena harta dapat melalaikan
pikiran manusia dari melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta'ala dan
membuatnya lupa kepada akhirat, sebagaimana firman-Nya: {إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ
عَظِيمٌ} " Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu merupakan fitnah
(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar " (QS
at-Tagaabun:15) 7 . وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه
أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين Kota Kendari, 28 Muharram
1432H — Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA Artikel
www.muslim.or.id

0 Responses to “KEUTAMAAN ORANG KAYA YANG BERSYUKUR”

Posting Komentar

Subscription